--> Pendaftaran peserta didik Tahun Program 2010-2010, Gelombang I : 15 Maret s/d 15 Juni 2010, Gelombang II : 21 Juni s/d 16 Agustus 2010. Buruan daftar !!!

Prolog

Sukses Tak Harus Berlabel PNS
Penulis adalah alumni PROSPEKTIF COLLEGE
Angkatan I Tahun 1996 yang juga jurnalis Gorontalo Pos
 
A. PENDAHULUAN
Memasuki abad 21 kondisi bangsa Indonesia mulai terpuruk, imbas ganasnya krisis moneter yang berlanjut pada krisis ekonomi. Semua lini perekonomian jadi carut marut baik jasa, dagang apalagi industri termasuk usaha-usaha Home Industri. Terang saja lapangan kerja semakin suram bahkan Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) semakin merajalela terjadi di sejumlah perusahaan yang tidak mampu menjaga likuiditasnya.
Di lain pihak suguhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang dikenal dengan modernisasi tidak bisa dielakan dalam ranah kehidupan manusia, yang mau tidak mau harus dihadapi. Inilah yang menjadi tantangan kita semua yang masih diberi kesempatan menghirup udara modernisasi ini. Tentunya dibarengi dengan kesiapan sumber daya, salah satu sumber daya yang penting bagi manajemen adalah manusia yang berkedudukan sebagai manajer dan pegawai, karyawan, buruh atau pekerja. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan atau cita-cita hidup manusia. Masih banyak dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Indonesia yang mengidam-idamkan untuk menyandang predikat Pegawai Negeri Sipil (PNS), meski mereka sadari bahwa menggapai cita-cita tersebut tidaklah mudah, dengan segala lika liku yang harus dilalui dengan segala daya upaya bahkan kendati harus mengeluarkan tidak sedikit dana untuk melalui jalan pintas..
Kalau dihitung-hitung dana yang dikeluarkan, mungkin sudah sangat layak untuk dijadikan modal usaha. Masih sedikit yang sadar bahwa ternyata kesuksesan itu tergantung bagaimana kesiapan Sumber Daya Manusia itu sendiri. Sumber daya inilah yang diberi nama baru yang sangat populer dewasa ini dengan nama Sumber Daya Manusia atau Human Resources. Human Resources ini sering kali disebut manpower yang di Indonesia secara resmi diterjemahkan menjadi tenaga kerja.
  
B. KEDUDUKAN SDM DALAM MANAJEMEN
Sebelum membahas tentang bagaimana peluang kerja ditengah kondisi perekonomian Negara yang belum stabil saat ini, dimana pendidikan formal belum bisa menjadi jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak, maka mungkin lebih bijak jika kita terlebih dahulu mengulas kedudukan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam manajemen. Manajemen Sumber Daya Manusia atau manajemen tenaga kerja merupakan bagian penting dan khusus dari manajemen pada umumnya. Bagaimanapun majunya tekonologi saat ini yang sudah menggantikan bagian terbesar tenaga kerja, namun faktor manusia masih tetap memegang peranan penting bagi suksesnya suatu terutama manajemennya dari usaha tersebut. Memang sudah banyak digunakan alat-alat mekanis, elektronis dan otomatis namun dalam banyak hal peran manusia masih diperlukan apalagi untuk berbagai kegiatan yang belum dapat menggunakan alat perlengkapan mekanis, elektronis dan otomatis tersebut.
Prof. Dr. Buchari Zainun, MPA dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, memberikan pengertian Manajemen sebagai suatu usaha atau kegiatan, kemampuan, keterampilan dan kewenangan untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan bantuan manusia lain dan menggunakan sarana-sarana lain yang tersedia. Dari pengertian ini jelas bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang penting, bahkan dapat dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya adalah manajemen sumberdaya manusia adalah identik dengan manajemen itu sendiri.
Demikian pentingnya kedudukan sumber daya manusia dalam suatu usaha sehingga bagian terbesar dari perhatian, waktu dan tenaga si “pengusaha” disibukan dengan masalah-masalah manusia yang sering bersifat amat pelik dan sensitif untuk dapat diselesaikan. Prof. Dr. Buchari Zainun, MPA memilah masalah SDM dalam tiga kelompok yaitu :
  1. Masalah-masalah SDM yang menyangkut pelaksanaan kegiatan kepegawaian atau kekaryawanan sehari-hari yang di dalam  kehidupan organisasi kegiatan ini diselenggarakan oleh unit kepegawaian yang berperan mengatur tata cara atau prosedur kepegawaian mulai dari tahap penerimaan sampai berakhirnya masa kerja dari seorang pegawai. Kegiatan rutin seperti ini dapat dilakukan relatif lebih mudah tanpa memerlukan keahlian yang tinggi.
  2. Masalah-masalah SDM yang bersifat tehnis. Di dalam suatu industri misalnya diperlukan keahlian untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang berhubungan dengan keselamatan kerja dalam industri tersebut yaitu seorang ahli keselematan.
  3. Masalah-masalah SDM yang lebih bersifat teori atau policy umpamanya tentang hubungan si pengusaha dengan para pekerja atau pegawainya. Di Indonesia pernah dikenal konsep HIP atau Hubungan Industrial Pancasila.
Dari pemilahan ini sangat jelas peran tenaga kerja atau SDM sangatlah vital, baik dari tingkatan tenaga kerja biasa atau yang memiliki keahlian pas-pasan maupun tingkatan tenaga kerja yang memiliki keahlian (skill) yang mampuni dan spesifik. Sehingga tidak bisa dinafikan bahwa tenaga kerja sekecil apapun keberadaannya tetap perannya menunjang operasional sebuah perusahaan.  

C. MODAL UTAMA MENYONGSONG PASAR KERJA
Seperti yang diulas pada pendahuluan tulisan ini bahwa label Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negeri kita ini masih menjadi primadona masyarakat. Banyak yang mengartikan dengan menyandang predikat atau lebih pasnya disebut profesi tersebut sudah menjamin masa depan lebih cerah, status sosial jadi meningkat bahkan menganggap akan menjadi orang terpandang di masyarakat. Memang sih, pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah tapi juga tidak mutlak benar.
Golongan yang membenarkan pandangan dimaksud, bisa jadi disebabkan adanya pesimistis individu akibat sulitnya memperoleh pekerjaan, ataupun setelah memperoleh pekerjaan tetapi tidak mendapatkan kepuasan khususnya mengenai tingkat kesejahteraan yang sulit diberikan oleh perusahaan, yang mungkin disebabkan kemampuan perusahaan untuk memberikan insentif yang tinggi belum memadai atau memang nilai kemampuan seorang tenaga kerja yang masih layak 'dihargai' dengan jumlah tersebut. Tetapi harus juga harus rasional berpikir bahwa menggapai status PNS tidaklah mudah, harus mampu mempersiapkan segala persyaratan formal yang dipersiapkan dan bersaing dengan ribuan pesaing lainnya. Dimana hampir seluruh daerah disetiap perekrutan CPNS, jumlah pelamar selalu membludak tidak berimbang dengan kuota yang dibutuhkan. Bahkan perbandingannya bisa mencapai 1 : 100. Padahal bukan hanya profesi PNS yang bisa memberikan jaminan hidup yang lebih. Di sejumlah kota, sector swasta justru lebih jadi primadona, tingkat kesejahteraan lebih tinggi, apalagi lembaga swasta lebih banyak berorientasi pada kinerja ataupun profesionalitas seseorang dalam memberikan nilai insentif kepada karyawannya. Sehingga karyawan ditantang untuk lebih baik kinerjanya, lebih produktif yang bisa mendatangkan profit bagi lembaga usaha tersebut atau prinsipnya semakin baik kinerja maka semakin meningkat pula penghasilan. Apalagi kalau sampai bisa membuka lapangan usaha sendiri, tentunya selain mendatangkan keuntungan secara pribadi juga bisa memberi dampak positif pada masyarakat lain.
Lantas bagaimana untuk bisa mewujudkan hal tersebut sementara dengan bekal latar belakang pendidikan tinggi saja masih sulit untuk bersaing memperoleh kesempatan kerja apalagi membuka lapangan kerja. Dari beberapa teori dan pengalaman orang-orang yang sukses, ternyata pendidikan formal belum bisa jadi jaminan untuk mudah memperoleh sebuah pekerjaan, meskipun pendidikan formal merupakan factor utama untuk memasuki dunia kerja. Berbagai factor lain cukup menunjang, bahkan terkadang bisa menjadi factor utama dalam sebuah kesuksesan. Drs. Djokosantoso Moeljono dalam bukunya 8 Langkah Strategis Mendaki Karier Puncak banyak mengulas pengalaman hidupnya selama kurang lebih 34 tahun menjadi pemimpin disejumlah Bank dan perusahaan BUMN lainnya. Dijelaskan bagaimana seorang individu atau dalam istilah manajemen disebut Sumber Daya Manusia menyiapkan diri untuk menggapai kesuksesan.
Dalam upaya seseorang untuk mencapai puncak adalah yang pertama memperkaya pengetahuan baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan hal-hal yang dikerjakan secara professional. Yaitu dengan menguasai pengetahuan yang paling baru dari bisnis dimana organisasi yang kita geluti atau organisasi yang tengah kita bidik, kemudian praktikan dengan cara simulasikan diri kita dengan praktik bisnis perusahaan yang tengah digeluti dan tidak kalah pentingnya adalah menambah pengetahuan secara formal.
Selain pengetahuan yang perlu disiapkan adalah keterampilan atau skill. Keterampilan ini banyak berhubungan dengan hal yang bersifat spesifik dari kemampuan seseorang. Seperti mampu mengoperasikan komputer, mampu menjadi tenaga pengajar, ataupun memainkan alat musik, yang tidak hanya bisa diketahui hanya melalui pengetahuan semata. Keterampilan inilah yang selalu menjadi kata kunci bagi seseorang untuk berkiprah dan bersaing dalam mencapai sebuah kesuksesan. Meski hanya bermodalkan pendidikan formal yang cukup, tetapi karena didukung dengan keterampilan yang memadai, membuat sesorang lebih mudah untuk menjawab tantangan sebuah pasar kerja.
Namun yang tidak kalah pentingnya adalah etika atau moral. Sepandai apapun seseorang, sehebat apapun keahlian yang dimiliki, jika tidak diimbangi dengan etika yang baik, maka akan sirnalah semua yang diharapkan. Karena sangat banyak pelaku usaha atau perusahaan, tetap mengedepankan etika karyawannya dibanding kemampuannya. Hal ini menyangkut kejujuran, kepercayaan dan moralitas bekerja. Banyak yang pintar dan ahli dalam bekerja tetapi tidak memiliki moral yang menyenangkan, sering memanipulasi data, tidak amanah, bahkan selalu menjadi sosok yang menyebalkan dalam sebuah organisasi, atau kerap menjadi orang yang sulit diatur bahkan terkadang menjadi seorang provokator, sehingga membuat kariernya sulit menanjak bahkan terhempas. Olehnya itu etika selalu menjadi faktor penyempurna dari kemampuan dan keahlian dalam menggapai karier yang baik dan kesuksesan yang membahagiakan.

D. KESIMPULAN
Dari tulisan ini benang merah yang bisa kita simpulkan bahwa memang di Indonesia, sebagian anak bangsa kita masih mengagungkan predikat Pegawai Negeri Sipil untuk menjadi pekerjaan atau profesi mereka. Hal ini tidak bisa disalahkan karena profesi inilah salah satunya yang bisa memberikan jaminan hari tua. Namun bukan menjadi jaminan kalau profesi tersebut selalu menyuguhkan kesejahteraan, sehingga celah ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat lain yang belum sempat diakomodir pada profesi tersebut, untuk menggapai kesuksesan di bidang lain. Bahkan banyak lembaga usaha swasta justru lebih menyuguhkan kesejahteraan yang menjanjikan asalkan bisa dibarengi kinerja atau profesionalitas yang tinggi. Dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan etika moral yang bisa diandalkan, semoga bisa berhasil mencapai apa yang dicita-citakan selain cita-cita untuk menjadi seorang PNS. (*)




Berangkat dari pemikiran bahwa sumber daya alam di Palu yang melimpah, khususnya bawang merah, saya terus merenung  bagaimana hal itu dapat mendatangkan produktivitas buat saya, kendati  saya sadari bahwa sudah beberapa industri kecil telah berpikir dan berbuat hal serupa dengan saya, hanya mungkin yang berbeda adalah fill bisnis. Sepintas produkuk bawang goreng saya sama dengan bawang goreng lainnya.

Berbicara bawang goreng, yang terbesit dibenak kita adalah kota Palu. hal ini didasarkan bahwa bawang goreng Palu memiliki beberapa kelebihan yang spesifik. Rasa yang gurih, aroma yang wangi  dan tampilan yang menggoda setiap orang,  khususnya yang hobby kuliner. Tak pelak, bila kita jalan-jalan atau kebetulan menghantar/menjemput teman di bandara Mutiara Palu, terlihat betapa bawang goreng merupakan oleh-oleh yang didambakan banya penumpang, tak lengkap rasanya bila naik pesawat tanpa bawang goreng ditangan.

Produk bawang goreng saya bermerk , MUTIARA, nama ini diilhami, karena bandara udara di Palu bernama Mutiara, dan terus terang ide ini muncul ketika saya menjemput teman saya dari Jakarta di Bandara Mutiara tersebut.

Sepintas produk bawang goreng saya  tidak ada beda dengan bawang goreng lainnya. Namun disinilah tantangannya, bagaimana dengan produk yang sama bisa merebut simpati para konsumen. Setelah saya analisa, ternyata saya temukan jurus marketing profesional, yang ditunjang dengan pola packing yang terbilang modern. Alhamdulilah, kendati sebagai pendatang baru, tapi saya telah berbuat banyak untuk daerah ini, khususnya yang berhubungan dengan tour efek. Inipun merupakan aplikasi dari teori-teori manajemen dan entrepreneurship yang saya peroleh ketika kuliah di PROSPEKTIF COLLEGE.

Saat inipun,setiap saat saya selalu datang ke kampus untuk sekedar sharing dengan bapak-bapak pengajar dulu, khususnya mengenai pengembangan usaha yang sedang saya lakukan. Untuk itu pada kesempatan ini, ijinkan saya menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam manajemen PROSPEKTIF COLLEGE. semoga tetap jaya, semakin dipercaya, dan benar-benar prospektif....